Dari Kampung bermimpi jadi pengusaha sukses di Jakarta

Lahir dari keluarga kekurangan tidak membuat Samsudin Muktar menghentikan langkah menggapai cita-cita. Ia berjuang dengan berbagai cara untuk bisa sukses. Ia memulai usaha dari nol. Ini bukan suatu hal yang mudah tapi bukan berarti suatu hal yang mustahil. Ia terus bergerak untuk merealisasikan apa yang diinginkannya. Dengan modal nekat dan sedikit keterampilan yang dimiliki,  ia berhasil mendirikan perusahaan yang diberi nama “Ricci Group”. saat ini, Omset yang miliki tidak main-main, rata-rata omset dalam 1 bulan menembuas angka Rp 7 miliar. Samsudin benar-benar membuktikan,  kerja kerasnya tidak akan menghianati hasil.

Pengalaman memperjuangkan pendidikan
Disaat SMP Samsudin sudah membiaya sekolah sendiri. Ia telah bisa menjahit sejak kelas satu SMP. Pada saat itu, tujuan bisa menjahit hanya memiliki satu tujuan, yaitu menamatkan sekolah. Ketika telah tamat SMP, dengan modal keterampilan menjahit pakaian, ia memberanikan diri untuk hijrah dari Siak ke pekanbaru untuk melanjutkan pendidikan ke STM.

Disaat berada di jenjang STM, Ia membagi waktu pagi digunakan untuk bersekolah dan sisanya baru digunakan untuk menjahit hingga jam 10 malam. Sedangkan jika masuk siang, pagi digunakan untuk bekerja hingga jam 12 siang, kemudian setelah pulang dari sekolah kembali lagi menjahit hingga jam 10 malam. Ini dilakukan secara rutim selama mengenyam pendidikan di STM.

Setelah tamat dari STM, ia memiliki rencana untuk ke Jakarta, rencara ini sudah ada sejak SMP. Sejak SMP sudah ditanampakan midsent bahwasannya harus sukses di Jakarta. Cita-cita ini terinspirasi dari menonton sebuah film di bioskop. Dalam film tersebut,  Ia terdokterin untuk hidup di Jakarta. Semua kalangan ada di Jakarta mulai dari pedangan kecil hingga besar hidup di Jakarta.

Sesuai dengan rencana awal,  satu hari setelah menerima Ijasah langsung berangkat ke Jakarta. Dengan tekat yang kuat dan keyakinan akan kesuksesan akan diraih. Ketika sampai di Jakarta kemabali bekerja sebagai penjahit di senin, pasar tanah abang kurang lebih 2 tahun.

Setelah 2 tahun bekerja sebagai penjahit, ada perang batin. Pertanyaan “ke Jakarta mau ngapain?” Selalu dipertanyakan didalam hati. Sebagai lelaki dari keturunan padang, darah pedangang melekat pada dirinya. Akhirnya, keputusan untuk keluar dari menjahit dan beralih menjadi penjual kaki lima diambil.

Bekerja sebagai pedangang kaki lima sangat enak, karena pagi berjualan, sore harinya telah mendapatkan uang kembali. Pada kenyataannya, ini  tidak bertahan lama. Sebagai pedagang kali lima hanya bertahan hingga 1 tahun.

Berhenti dari berdagang kaki lima, membuat Samsudin ingin membuat usaha  dibidang konveksi. Kebetulan ada keluarga punya  konveksi, nenambah pelung terbuka lebar. Ia belajar di konveksi miliki keluarga selama kurang lebih 2 bulan.

Setelah merasa bisa membuka usaha dibidang konveksi, dengan modal uang sebesar Rp 750 ribu, Samsudin memberanikan diri untuk membuka usaha konveksi, tepatnya pada tahun 1989. Awal pendirian, Ia dibantu dengan 3 mesin sampai akhirnya meningkat hingga 10 mesin.

Pada awalnya, pemasaran dilakukan oleh teman-teman dekatnya, pagi hari memasarkan produk dan sore harinya memberikan uang setoran begitu seterusnya. Dengan pemasaran yang semakin hari semakin meningkat, mesin-mesin juga ditambah sehingga mencapai 400 mesin. Dengan 400 mesin inilah ia mampu menghasilkan omset hingga Rp 7 miliar.

Peluang hidup yang paling besar bukan karyawan, tapi pengusaha yang paling besar namun masyarakat sering memilih kenyamanan dalam hidup. Jangan merasa tidak mampu dalam memulai berwirausaha. Yang menjadi permasalahan bukan bisa atau tidak akan tetapi mau atau tidak. Sejatinya setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, namun semua itu tergantung dari manusianya sendiri mau atau tidak menggunakan pelung yang ada.

Belum ada Komentar untuk "Dari Kampung bermimpi jadi pengusaha sukses di Jakarta"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel