Sang Juara Ekonomi Digital
Sabtu, 15 Desember 2018
Tulis Komentar
Tidak ada hari yang membahagiakan selain hari libur untuk para pekerja. Hari dimana terbebas dari rutinitas pekerjaan yang membosankan. Kebanyakan karyawan menghabiskan waktu liburan untuk berkumpul dengan keluarga, jalan jalan dan aktifitas yang mengasikkan.
Hal ini berbanding terbalik dengan yang dilakukan Hana. Pagi-pagi ia sudah berangkat untuk belanja jilbab dan berbagai perhiasan wanita lain untuk dijual kembali secara online.
Sebenarnya penghasilan Hana sebagai teller di bank swata sudah cukup untuk keperluan pribadinya. Cukup juga untuk ditabung dan investasi kecil-kecilan.
Dilema Revormasi Industri 4.0
Semua tidak lagi sama ketika Hana mengerahui revormasi industry 4.0 telah dimulai. Para pekerjaa manusia akan diresafel dengan robot pekerja.
Perubahan uang menjadi e-money (uang elektronik) turut menyumbang pengurangan pekerja. Hal ini disebabkan transaksi di pintu tol tidak memerlukan petugas dalam proses transaksi. Dengan e-money pelanggan cukup menempelkan kartu e-money ke mesin yang telah disediakan, kemudia saldo akan terpotong secara otomatis. Begitu praktis dan cepat.
Generasi saat ini juga sudah jarang melakukan transaksi di bank. Generasi now lebih suka bertransaksi melalui mesin Automated Teller Machine (ATM). ATM memperi pelayanan praktis, mudah dan cepat dalam memberikan perlayanan. Datang ke bank hanya sesekali jika ada permasalahan atau menambah saldo debit, itu pun untuk beberapa bank sudah bisa dilakukan di mesin ATM. Saat ini 85 persen transaksi bisa dilakukan di ATM tanpa harus di bank. Mau kemanakah para teller bank?
Kalau ini terus menerus terjadi, suatu hal yang tidak mustahil akan ada pengurangan karyawan bank di bagian teller. Belum lagi adanya finteck, yang saat ini hampir seluruh fungsi bank bisa dilakukan finteck. Menambah deretan panjang akan pengurangan tenaga pekerja di bank.
Sebuah studi yang dilakuan oleh McKinsey Global Instititute dilansir dari liputan6.com mengatakan akan ada 800 juta pekerja di dunia akan diganti mesin. Diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030.
Masih situs yang sama, wadah pemikir layanan publik, Reform, membeberkan pada tahun 2030 akan ada 90 persen dari 137.000 staf administratif di Whitehall Inggris akan diganti robot. Bukan hanya itu saja, robot yang diciptakan mampu melakukan 250.000 pekerjaan sektor publik atau PNS. Ini membuktikan PSN sekali pun bisa diganti robot.
Dilansir dari hipwee.com, saat ini UCSF Medikal Center telah meluncurkan robot farmasi yang diperkerjakan di dua rumah sakitnya. Sedangkan, Google saat ini telah mengembangkan mobil tanpa awak. Kendaraan ini telah berjalan 1000 mil tanpa bantuan manusia.
Situs yang sama juga menyebutkan sudah ada robot bernama Smacc yang memiliki kemampuan membantu pekerjaan akuntan. Smacc bisa mengelolah data dari nota dan dokumen lainnya sehingga terbaca mesin. Selanjutnya mesin akan melakukan enkripsi dan perhitungan sesuai dengan perintah yang diinginkan.
Apa bila berkunjung ke Jepang, Kita akan terkejut melihat ada robot bekerja sebagai koki lengkap dengan pramusaji.
Tidak kalah hebat, Royal Bank of Scotland (RBS) memiliki karyawan manusia digital yang diberi nama Cora. Ia bekerja membantu pelanggan yang bertanya terkait masalah perbankan. Penampilan manusia digital tidak kalah cantik dengan manusia yang siap menebar senyum kepada nasabah. Pada awal tahun 2018 lalu, RBS telah mengumumkan PHK terhadap seperempat cabangnya (CNN Indonesia).
Bagaimana dengan Indonesia?
Perkembangan teknologi yang cepat juga melanda Indonesia. Beberapa perkerjaan terancam akan diganti robot. Menurut McKinsey Global Instititute, di Indonesia akan ada pengurangan 52,6 juta pekerja pada tahun 2030. Jumlah ini setara dengan 52 persen tenaga kerja Indonesia.
Salah satu industri yang akan diganti robot dan digitalisasi adalah dunia perbankan. Ini bisa dilihat dari jumlah karyawan dan pegawai di sejumlah perbankan pada September 2017 mengalami penurunan.
Dalam laporan keuangan PT Bank CIMB Niaga.Tbk menunjukkan jumlah karyawan pada 30 September 2017 tercatat 12.981 orang, lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.185 orang. Ada pengurangan karyawan sebesar sebesar 1,55 persen atau sebanyak 204 orang (liputan6.com)
Tidak jauh berbeda dengan Bank CIMB Niaga, PT Bank danamon Tbk juga mengalami penurunan pegawai. Dalam laporan keuangan perseroan tercatat jumlah pegawai sebanyak 30.226 orang pada 30 September 2017, sedangkan ditahun sebelumnya jumlah karyawan berada di angka 32.662 orang. Ada pengurangan pegawai sebesar 2.436 orang atau 7,48 persen.
Titik Awal Jualan Online
Mengetahui adanya kemungkinan pengurangan pegawai di bank tempat ia bekerja, Hana berfikir bagaimana agar bisa mendapatkan uang di era revormasi industri 4.0. Ada 2 hal yang bisa lakukan. Pertama, Meningkatkan skill sehingga bisa naik jabatan. Kedua, Mulai berfikir untuk menjalankan bisnis.
Hana mulai belajar meningkat kemampuannya, mulai dari banyak membaca, mengikuti berbagai pelatihan dan mempersiapkan untuk mengikuti sertifikasi keahlian, sehingga bisa memiliki nilai jual lebih dari yang lain.
Selain itu, Hana juga memilih untuk memulai bisnis secara online. Online dipilih lebih praktis dan tidak perlu memiliki spot untuk berjualan. Jualan online juga memiliki pangsa pasar yang besar, ini perlu dimanfaatkan secara secara maksimal.
Tren pertumbuhan pengguna internet terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapat 143,26 juta atau 54,68 persen dari 262 juta orang. Sebanyak 43,86 persen menggunakan internet 1-3 jam setiap hari, bahkan sebanyak 26,48 menggunakan internet lebih dari 7 jam setiap hari. Pangsa yang besar.
Dahulu internet digunakan untuk salin sapa dengan keluarga yang jauh atau untuk mendapatkan bahan referensi. Meningkatnya pengguna internet diiringi meningkatnya penjulan secara online atau disebut dengan ekonomi digital.
Adanya peluang ini, Hana memberanikan diri memulai bisnis online, ia membeli jilbab dari para penjahit, kemudian menjualnya secara daring. Tidak hanya jilbab, ia juga menjual pernak-pernik jilbab.
Penghasilan Hana meningkat, pelanggannya dari berbagai daerah. Bisnis online benar-benar menembus ruang dan waktu.
Permasalah Timbul
Melihat prospek dari ekonomi digital, banyak orang yang memasuki bisnis ini. Marketplace bermunculan seperti bukalaapak, tokopedia, lazada, shopee, dan lain sebagainya.
Sampai disini tidak ada masalah bagi hana, ini sangat menguntungkan baginya. Dengan muncul berbagai macam marketplace ia bisa memasarkan barang jualannya.
Mudahnnya berbisnis online membuat orang berbondong-bondong mulai masuk kedalamnya. Tingkat persaingan bisnis menjadi ketat. Semua tidak semudah awal memasuki bisnis online.
Pemahaman pembeli akan produk sangat tinggi, seseorang melakukan riset kecil-kecilan sebelum membeli sebuah produk. Pembeli mulai membandingkan harga, dan kualitas dari produk yang satu dengan produk yang lain. Sampai akhirnya memilih produk dengan harga yang murah dan kualitas yang baik.
Meningkatnya pemahaman ini, para penjual harus memikir otak bagaimana bisa memproduksi dengan efektif dan seefiseinsi mungkin. Kalau tidak maka akan tersingkir dalam permainan.
Lantas bagaimana dengan Hana? Bagaimana cara membuat efisiensi sedangkan ia tidak memiliki modal yang besar? Silahkan tulis dalam komentar.
#Ecodigi
Sumber gambar : pixabay.com
Hal ini berbanding terbalik dengan yang dilakukan Hana. Pagi-pagi ia sudah berangkat untuk belanja jilbab dan berbagai perhiasan wanita lain untuk dijual kembali secara online.
Sebenarnya penghasilan Hana sebagai teller di bank swata sudah cukup untuk keperluan pribadinya. Cukup juga untuk ditabung dan investasi kecil-kecilan.
Dilema Revormasi Industri 4.0
Semua tidak lagi sama ketika Hana mengerahui revormasi industry 4.0 telah dimulai. Para pekerjaa manusia akan diresafel dengan robot pekerja.
Perubahan uang menjadi e-money (uang elektronik) turut menyumbang pengurangan pekerja. Hal ini disebabkan transaksi di pintu tol tidak memerlukan petugas dalam proses transaksi. Dengan e-money pelanggan cukup menempelkan kartu e-money ke mesin yang telah disediakan, kemudia saldo akan terpotong secara otomatis. Begitu praktis dan cepat.
Generasi saat ini juga sudah jarang melakukan transaksi di bank. Generasi now lebih suka bertransaksi melalui mesin Automated Teller Machine (ATM). ATM memperi pelayanan praktis, mudah dan cepat dalam memberikan perlayanan. Datang ke bank hanya sesekali jika ada permasalahan atau menambah saldo debit, itu pun untuk beberapa bank sudah bisa dilakukan di mesin ATM. Saat ini 85 persen transaksi bisa dilakukan di ATM tanpa harus di bank. Mau kemanakah para teller bank?
Kalau ini terus menerus terjadi, suatu hal yang tidak mustahil akan ada pengurangan karyawan bank di bagian teller. Belum lagi adanya finteck, yang saat ini hampir seluruh fungsi bank bisa dilakukan finteck. Menambah deretan panjang akan pengurangan tenaga pekerja di bank.
Sebuah studi yang dilakuan oleh McKinsey Global Instititute dilansir dari liputan6.com mengatakan akan ada 800 juta pekerja di dunia akan diganti mesin. Diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030.
Masih situs yang sama, wadah pemikir layanan publik, Reform, membeberkan pada tahun 2030 akan ada 90 persen dari 137.000 staf administratif di Whitehall Inggris akan diganti robot. Bukan hanya itu saja, robot yang diciptakan mampu melakukan 250.000 pekerjaan sektor publik atau PNS. Ini membuktikan PSN sekali pun bisa diganti robot.
Dilansir dari hipwee.com, saat ini UCSF Medikal Center telah meluncurkan robot farmasi yang diperkerjakan di dua rumah sakitnya. Sedangkan, Google saat ini telah mengembangkan mobil tanpa awak. Kendaraan ini telah berjalan 1000 mil tanpa bantuan manusia.
Situs yang sama juga menyebutkan sudah ada robot bernama Smacc yang memiliki kemampuan membantu pekerjaan akuntan. Smacc bisa mengelolah data dari nota dan dokumen lainnya sehingga terbaca mesin. Selanjutnya mesin akan melakukan enkripsi dan perhitungan sesuai dengan perintah yang diinginkan.
Apa bila berkunjung ke Jepang, Kita akan terkejut melihat ada robot bekerja sebagai koki lengkap dengan pramusaji.
Tidak kalah hebat, Royal Bank of Scotland (RBS) memiliki karyawan manusia digital yang diberi nama Cora. Ia bekerja membantu pelanggan yang bertanya terkait masalah perbankan. Penampilan manusia digital tidak kalah cantik dengan manusia yang siap menebar senyum kepada nasabah. Pada awal tahun 2018 lalu, RBS telah mengumumkan PHK terhadap seperempat cabangnya (CNN Indonesia).
Bagaimana dengan Indonesia?
Perkembangan teknologi yang cepat juga melanda Indonesia. Beberapa perkerjaan terancam akan diganti robot. Menurut McKinsey Global Instititute, di Indonesia akan ada pengurangan 52,6 juta pekerja pada tahun 2030. Jumlah ini setara dengan 52 persen tenaga kerja Indonesia.
Salah satu industri yang akan diganti robot dan digitalisasi adalah dunia perbankan. Ini bisa dilihat dari jumlah karyawan dan pegawai di sejumlah perbankan pada September 2017 mengalami penurunan.
Dalam laporan keuangan PT Bank CIMB Niaga.Tbk menunjukkan jumlah karyawan pada 30 September 2017 tercatat 12.981 orang, lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.185 orang. Ada pengurangan karyawan sebesar sebesar 1,55 persen atau sebanyak 204 orang (liputan6.com)
Tidak jauh berbeda dengan Bank CIMB Niaga, PT Bank danamon Tbk juga mengalami penurunan pegawai. Dalam laporan keuangan perseroan tercatat jumlah pegawai sebanyak 30.226 orang pada 30 September 2017, sedangkan ditahun sebelumnya jumlah karyawan berada di angka 32.662 orang. Ada pengurangan pegawai sebesar 2.436 orang atau 7,48 persen.
Titik Awal Jualan Online
Mengetahui adanya kemungkinan pengurangan pegawai di bank tempat ia bekerja, Hana berfikir bagaimana agar bisa mendapatkan uang di era revormasi industri 4.0. Ada 2 hal yang bisa lakukan. Pertama, Meningkatkan skill sehingga bisa naik jabatan. Kedua, Mulai berfikir untuk menjalankan bisnis.
Hana mulai belajar meningkat kemampuannya, mulai dari banyak membaca, mengikuti berbagai pelatihan dan mempersiapkan untuk mengikuti sertifikasi keahlian, sehingga bisa memiliki nilai jual lebih dari yang lain.
Selain itu, Hana juga memilih untuk memulai bisnis secara online. Online dipilih lebih praktis dan tidak perlu memiliki spot untuk berjualan. Jualan online juga memiliki pangsa pasar yang besar, ini perlu dimanfaatkan secara secara maksimal.
Tren pertumbuhan pengguna internet terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapat 143,26 juta atau 54,68 persen dari 262 juta orang. Sebanyak 43,86 persen menggunakan internet 1-3 jam setiap hari, bahkan sebanyak 26,48 menggunakan internet lebih dari 7 jam setiap hari. Pangsa yang besar.
Dahulu internet digunakan untuk salin sapa dengan keluarga yang jauh atau untuk mendapatkan bahan referensi. Meningkatnya pengguna internet diiringi meningkatnya penjulan secara online atau disebut dengan ekonomi digital.
Adanya peluang ini, Hana memberanikan diri memulai bisnis online, ia membeli jilbab dari para penjahit, kemudian menjualnya secara daring. Tidak hanya jilbab, ia juga menjual pernak-pernik jilbab.
Penghasilan Hana meningkat, pelanggannya dari berbagai daerah. Bisnis online benar-benar menembus ruang dan waktu.
Permasalah Timbul
Melihat prospek dari ekonomi digital, banyak orang yang memasuki bisnis ini. Marketplace bermunculan seperti bukalaapak, tokopedia, lazada, shopee, dan lain sebagainya.
Sampai disini tidak ada masalah bagi hana, ini sangat menguntungkan baginya. Dengan muncul berbagai macam marketplace ia bisa memasarkan barang jualannya.
Mudahnnya berbisnis online membuat orang berbondong-bondong mulai masuk kedalamnya. Tingkat persaingan bisnis menjadi ketat. Semua tidak semudah awal memasuki bisnis online.
Pemahaman pembeli akan produk sangat tinggi, seseorang melakukan riset kecil-kecilan sebelum membeli sebuah produk. Pembeli mulai membandingkan harga, dan kualitas dari produk yang satu dengan produk yang lain. Sampai akhirnya memilih produk dengan harga yang murah dan kualitas yang baik.
Meningkatnya pemahaman ini, para penjual harus memikir otak bagaimana bisa memproduksi dengan efektif dan seefiseinsi mungkin. Kalau tidak maka akan tersingkir dalam permainan.
Lantas bagaimana dengan Hana? Bagaimana cara membuat efisiensi sedangkan ia tidak memiliki modal yang besar? Silahkan tulis dalam komentar.
#Ecodigi
Sumber gambar : pixabay.com
Belum ada Komentar untuk "Sang Juara Ekonomi Digital"
Posting Komentar